SulutKarya.com Tomohon, 12 September 2025 – Suasana tenang di lingkungan Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) mendadak berubah menjadi kepanikan pada Kamis malam (11/09), setelah puluhan mahasiswa mengalami gejala keracunan massal. Insiden ini terjadi usai mereka menyantap makan malam yang disediakan oleh pihak asrama kampus.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah mahasiswa mulai merasakan gejala seperti mual hebat, muntah-muntah, sakit perut, dan diare dalam waktu hampir bersamaan, hanya beberapa jam setelah makan. Beberapa mahasiswa bahkan dilaporkan pingsan akibat dehidrasi parah dan harus segera dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit GMIM Bethesda Tomohon.
Kronologi Kejadian
Menurut kesaksian salah satu mahasiswa penghuni asrama,Sekilas tidak ada yang mencurigakan. Namun, sekitar pukul 21.00 WITA, beberapa mahasiswa mulai merasakan tidak enak badan, disusul keluhan massal yang bermunculan hingga larut malam.
Pihak kampus, melalui unit Humas UKIT, menyatakan bahwa investigasi internal telah segera dilakukan. Mereka juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Tomohon untuk menelusuri sumber pasti dari keracunan tersebut. Sampel makanan yang dikonsumsi malam itu telah dikirim ke laboratorium untuk diuji kandungan kimianya.
> “Kami sangat menyesalkan insiden ini dan tengah mengerahkan seluruh upaya untuk memastikan penanganan cepat terhadap para mahasiswa yang terdampak. Selain itu, kami juga akan memperketat pengawasan terhadap penyediaan makanan di lingkungan kampus, khususnya di asrama,” ujar salah satu pejabat kampus yang enggan disebutkan namanya kepada awak media.
Data sementara dari RS GMIM Bethesda mencatat bahwa jumlah korban yang mendapatkan perawatan medis mencapai lebih dari 30 orang. Meski sebagian besar dalam kondisi stabil, pihak rumah sakit menyatakan tetap akan melakukan observasi intensif terhadap para pasien selama 24 jam ke depan untuk mengantisipasi gejala lanjutan.
> “Gejala utama yang kami temukan adalah diare akut dan muntah-muntah. Ini gejala khas dari keracunan makanan. Namun untuk memastikan penyebabnya, kami menunggu hasil uji laboratorium dari Dinas Kesehatan,” ungkap dokter jaga IGD.
Beberapa mahasiswa yang tidak mengalami gejala langsung tetap diperiksa sebagai langkah pencegahan. Sementara itu, pihak kampus telah menutup sementara layanan makanan dari dapur asrama sambil menunggu hasil investigasi.
Tanggapan Dinas Kesehatan dan Evaluasi Protokol Makanan
Dinas Kesehatan Kota Tomohon menyatakan bahwa mereka telah menurunkan tim ke lokasi pada malam kejadian untuk melakukan inspeksi awal. Hasil sementara menunjukkan adanya kemungkinan kontaminasi bakteri pada salah satu komponen makanan, namun penyebab pasti baru bisa dipastikan setelah hasil laboratorium keluar.
> “Kami mengingatkan kembali pentingnya protokol kebersihan dalam setiap proses pengolahan makanan, mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, hingga penyajian,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Kota Tomohon.
Insiden ini memicu kekhawatiran di kalangan orang tua mahasiswa, mengingat sebagian besar mahasiswa UKIT berasal dari luar kota dan bergantung sepenuhnya pada fasilitas asrama kampus, termasuk dalam hal konsumsi makanan harian.
Langkah Lanjutan dan Investigasi Menyeluruh
Sebagai tindak lanjut, UKIT berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan makanan di lingkungan kampus. Hal ini mencakup audit terhadap pemasok bahan makanan, pelatihan ulang untuk staf dapur, hingga kemungkinan perubahan kebijakan terkait sistem katering.
Pihak kampus juga membuka layanan posko pengaduan dan bantuan medis lanjutan bagi mahasiswa yang terdampak, serta menyediakan jalur komunikasi bagi keluarga mahasiswa yang membutuhkan informasi terkait kondisi anak-anak mereka.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan mengenai korban jiwa, dan pihak rumah sakit memastikan bahwa tidak ada pasien dalam kondisi kritis.
Insiden ini menjadi peringatan serius bagi institusi pendidikan, khususnya yang memiliki fasilitas pemondokan, untuk tidak mengabaikan aspek sanitasi dan pengawasan mutu makanan. Dengan mahasiswa sebagai kelompok rentan, tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan mereka semestinya menjadi prioritas utama.
Investigasi terus berlanjut, dan masyarakat menanti transparansi serta langkah nyata dari pihak kampus agar kejadian serupa tidak kembali terus terulang.
(Ingrid )