Jakarta – Aksi massa yang berlangsung pada 25 Agustus, yang awalnya tampak sebagai wujud kritik generasi muda terhadap DPR, kini memunculkan pertanyaan serius tentang adanya agenda tersembunyi.
Muncul dugaan kuat bahwa aksi ini ditunggangi oleh kelompok oligarki lama dan pihak-pihak yang menolak agenda bersih-bersih yang tengah diupayakan Presiden Prabowo Subianto. Mereka diduga ingin memanipulasi aksi massa untuk memecah belah bangsa dan bahkan membubarkan NKRI.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menyebarkan disinformasi dan membangun narasi pesimisme. Salah satu contohnya adalah berita palsu tentang anggota DPR yang berjoget karena kenaikan gaji. Faktanya, tidak ada kenaikan gaji, melainkan hanya peralihan tunjangan perumahan yang nilainya pun di bawah rata-rata tunjangan di perusahaan BUMN. Video anggota DPR yang berjoget juga dipelintir, padahal mereka sedang mengapresiasi penampilan mahasiswa yang membawakan lagu-lagu daerah.
Selain itu, ada indikasi bahwa kelompok ini melakukan provokasi melalui seruan di grup-grup anarko, yang berujung pada kerusuhan saat aksi 25 Agustus. Tindakan anarkis seperti merusak mobil, membakar pos polisi, dan menghalang-halangi ambulans sangat merugikan masyarakat.
Kejanggalan lain adalah tuntutan “Bubarkan DPR” yang tiba-tiba muncul, padahal aksi ini tidak memiliki tuntutan yang jelas seperti penolakan terhadap KUHP atau kenaikan harga BBM. Jika DPR dibubarkan, fungsi lembaga negara akan lumpuh dan Indonesia terancam bubar. Skenario serupa pernah terjadi di negara-negara Eropa Timur dan Arab.
Sebagai negara yang kaya raya, Indonesia menjadi incaran banyak pihak. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada terhadap segala bentuk provokasi dan disinformasi yang bertujuan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.