SulutKarya.com Sula23 September 2025 — Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Utara bergerak cepat dalam menangani kerusakan parah pada ruas Jalan Nasional Kaiya – Kotamobagu yang terjadi akibat amblasnya sebagian badan jalan di Desa Muntoi, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow. Penanganan darurat ini menjadi prioritas mengingat pentingnya jalur tersebut sebagai poros utama penghubung wilayah selatan Sulawesi Utara, khususnya antara Manado dan Kotamobagu.
Kepala BPJN Sulawesi Utara, Handiyana, secara langsung turun ke lokasi pada Sabtu, 20 September 2025, untuk meninjau progres penanganan serta memastikan seluruh langkah darurat berjalan sesuai dengan standar keselamatan dan efektivitas.
Jalur Strategis yang Terputus
Lokasi kerusakan berada di STA 22+075, sebuah titik vital pada ruas nasional yang biasa dilalui kendaraan logistik, angkutan umum, hingga kendaraan pribadi. Amblasnya jalan yang disebabkan oleh pergerakan tanah dan curah hujan tinggi dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan arus lalu lintas terganggu signifikan.
“Begitu menerima laporan kerusakan, tim BPJN Sulut langsung diterjunkan untuk asesmen awal dan penanganan darurat. Kondisi jalan ini sangat krusial karena menjadi penghubung utama Manado–Kotamobagu. Kami harus bergerak cepat,” ungkap Handiyana.
Jembatan Bailey Jadi Solusi Sementara
Sebagai bentuk penanganan darurat, BPJN Sulut memutuskan untuk memasang jembatan Bailey, yaitu jembatan baja ringan yang dirancang khusus untuk kebutuhan darurat. Jembatan ini tengah dalam proses pemasangan dan ditargetkan rampung dalam waktu sekitar 10 hari ke depan.
Selama masa penggunaan jembatan sementara ini, BPJN menerapkan pembatasan beban kendaraan maksimal 10 ton. Hal ini dilakukan untuk menjaga struktur jembatan tetap stabil dan aman digunakan oleh masyarakat.
“Kami mengimbau kepada seluruh pengguna jalan, khususnya pengemudi truk dan kendaraan berat, agar mematuhi ketentuan beban maksimal. Pelanggaran terhadap batas ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jembatan dan mengancam keselamatan,” tegas Handiyana.
Langkah-Langkah Tambahan dan Sistem Contraflow
Selain pembangunan jembatan darurat, BPJN juga melakukan langkah-langkah awal lain seperti penimbunan sementara pada bagian jalan yang terdampak, pemasangan rambu peringatan, serta penerapan sistem buka-tutup (contraflow) di sisi jalan yang masih bisa dilalui.
Sistem contraflow ini dilakukan untuk mengatur arus lalu lintas secara bergantian dan memastikan tetap adanya pergerakan kendaraan, meskipun dalam kapasitas terbatas.
Imbauan Penggunaan Jalur Alternatif
Guna mengurangi kepadatan lalu lintas di lokasi pekerjaan, BPJN bersama Dinas Perhubungan dan aparat Kepolisian juga mengarahkan masyarakat untuk sementara waktu menggunakan jalur alternatif melalui Worotican – Poopoh – Sinisir
Kepala Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Dinas PUPR Provinsi Sulawesi Utara, jalur alternatif ini sudah melalui proses survei teknis dan dinyatakan layak dilalui oleh kendaraan ringan hingga sedang.
“Kami mengimbau masyarakat yang tidak memiliki kepentingan mendesak melintasi lokasi pekerjaan, agar memilih jalur alternatif. Ini penting demi kelancaran proses penanganan dan untuk menghindari kemacetan panjang
Waspada Musim Hujan dan Risiko Longsor
Di tengah upaya penanganan ini, BPJN Sulut juga mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya lain, terutama karena wilayah Sulawesi Utara telah memasuki musim hujan. Kondisi jalan licin dan titik-titik rawan longsor menjadi perhatian serius dalam keselamatan berkendara “Kami imbau seluruh pengguna jalan untuk selalu berhati-hati. Kurangi kecepatan, jaga jarak aman, dan hindari berkendara saat hujan deras jika tidak mendesak,”
Monitoring dan Informasi Berkala
BPJN Sulut memastikan bahwa informasi terkait progres pekerjaan, pengalihan arus lalu lintas, serta update kondisi jalan akan terus disampaikan secara berkala. Penyebaran informasi dilakukan melalui kanal resmi BPJN, koordinasi dengan pemerintah daerah, serta melalui papan informasi di titik-titik strategis sepanjang ruas jalan yang terdampak.
Dengan penanganan cepat dan sinergi antara berbagai pihak, diharapkan mobilitas masyarakat dan distribusi logistik di wilayah Sulawesi Utara dapat kembali normal dalam waktu dekat, serta potensi kecelakaan akibat kerusakan jalan dapat ditekan semaksimal mungkin.
Ingrid F Rumetor